Beli kamera bekas bisa jadi pilihan cerdas buat yang mau hemat tanpa kompromi kualitas. Tapi, jangan asal beli—perawatan kamera bekas yang tepat penting biar alatmu awet dan performanya tetap oke. Kamera second seringkali punya riwayat pemakaian yang nggak selalu jelas, makanya kamu perlu teliti sebelum transaksi. Mulai dari cek fisik, uji fungsi, sampe pastiin sensor masih bagus. Artikel ini bakal kasih tips praktis buat memilih dan merawat kamera bekas biar nggak nyesel beli. Siapin catatan!
Baca Juga: Kamera Anti Vandal Tahan Cuaca Ekstrem Terbaik
Cek Kondisi Fisik Kamera Secara Menyeluruh
Pertama kali pegang kamera bekas, langsung pelototin bagian luarnya dari ujung ke ujung. Cari baret, lecet, atau tanda benturan di body-nya—khususnya di sudut dan sekitar lens mount yang rawan retak. Kalau nemu goresan dalam di sekitar tombol shutter, itu bisa jadi tanda kamera udah dipakai high mileage.
Jangan lupa cek LCD dan viewfinder! Nodai mati pixel atau garis-garis aneh di layar? Itu red flag. Untuk kamera DSLR, minta seller buka tutup sensor terus sorot pakai senter buat liat debu atau jamur (sumber cara cek sensor kamera). Kalo nemu bercak kuning/kecoklatan, bisa jadi jamur udah ngendap di dalam.
Raba semua tombol dan dial—harus klik responsif, nggak ada yang nyangkut atau terlalu longgar. Coba zoom ring dan focus ring di lensa, harus gerak halus tanpa bunyi krek-krek. Khusus lensa, buka tutup depan-belakang terus intip elemen kacanya pakai senter dari samping buat deteksi jamur/fogging (panduan inspeksi lensa).
Terakhir, cek port dan slot aksesori—USB, HDMI, sampai tempat baterai. Konektor yang karatan atau longgar bisa bikin trouble pas charging. Kalo kamera udah dibongkar sebelumnya, biasanya ada bekas sekrup yang udah stripped atau seal karet yang copot. Jangan mau jadi korban kamera frankenstein!
Baca Juga: Kamera Pengawas WiFi 4K Untuk Pengawasan Ruangan
Perhatikan Usia dan Riwayat Pemakaian Kamera
Umur kamera bekas itu kayak odometer motor—nggak cuma hitungan tahun, tapi juga intensitas pemakaian. Cek shutter count (total jepretan) buat tahu “usia biologis” kamera. DSLR/Mirrorless biasanya punya batas shutter life (contoh: Canon 5D Mark III sekitar 150.000 klik). Cara ceknya beda-beda tiap merek, tapi bisa pakai tools online seperti Camera Shutter Count. Kalo angkanya udah di atas 80% batas maksimal, risiko rusak makin tinggi.
Tanya juga riwayat penggunaan: dipakai profesional (fotografer wedding/wartawan) atau sekadar hobi? Kamera ex-rental atau studio biasanya lebih “kelelahan” meski umurnya muda. Liat juga kondisi baterai—kalo udah sering nge-drop atau kembung, itu pertanda kamera sering dipakai full-day.
Untuk kamera jadul (misalnya film SLR tahun 90-an), cek kondisi segel light seal di belakang body. Bahan sponsnya sering melumer karena usia, bikin cahaya bocor ke film (tutorial ganti light seal). Kalo nemu kamera yang masih pakai baterai mercury discontinued (seperti Nikon F3), siap-siap modif atau cari alternatif.
Terakhir, cek firmware terakhir. Kamera bekas yang firmware-nya nggak di-update bisa punya bug atau kompatibilitas lensa terbatas. Situs resmi merek kayak Sony Alpha biasanya nyediain update-nya. Kalo seller nggak bisa kasih info ini, anggap aja itu kamera “misteri box”.
Baca Juga: Panduan Pemasangan Alarm Nirkabel Praktis
Uji Fungsi Tombol dan Fitur Kamera
Jangan cuma tes jepret-jepret doang—uji semua tombol sampai yang jarang dipakai sekalipun. Mulai dari shutter button: tekan setengah buat autofocus, harus responsif tanpa delay. Kalo ada mirrorless, coba eye AF dan touchscreen-nya masih lancar atau laggy.
Dial mode selection (P/A/S/M) harus berputar solid, nggak goyang atau nyangkut. Khusus kamera pro, tes joystick selector dan custom buttons—contoh di Canon 5D series, tombol AF-ON sering bermasalah kalau udah tua. Buat yang suka motret manual, cek responsiveness wheel aperture/shutter speed (contoh uji fungsi DSLR).
Jangan lupa fitur konektivitas: WiFi/Bluetooth harus bisa pairing dengan smartphone. Kalo kamera punya GPS, pastiin lokasinya akurat. Untuk kamera film, tes light meter-nya pakai baterai baru dan bandingin dengan app seperti Light Meter di HP.
Terakhir, tes flash pop-up (kalo ada). Harus bisa keluar lancar dan nggak nge-jam. Kalo nemu tombol yang harus ditekan berkali-kali baru bekerja, itu tanda kontak kotor atau mulai rusak. Kamera bekas yang tombolnya masih “klik-klik fresh” biasanya lebih worth it meski harganya sedikit lebih mahal.
Baca Juga: CCTV Rumah Murah Solusi Keamanan Efektif
Pilih Kamera dengan Sensor yang Masih Bagus
Sensor kamera bekas itu ibarat “jantung”-nya—kalau bermasalah, foto bakal cacat meski body mulus. Langsung tes dengan motret warna solid (putih/hitam) di kondisi terang, lalu zoom 100% di komputer buat cek dead pixel atau stuck pixel yang muncul sebagai titik merah/hijau. Tools seperti Dead Pixel Test (panduan cek sensor) bisa bantu deteksi.
Khusus kamera tua, waspadai sensor stain—noda kuning kecoklatan akibat lapisan filter yang degradasi. Contoh klasik: Nikon D600/D700 yang terkenal isu oil spots di sensor (laporan resmi Nikon). Kalau nemu bercak yang nggak ilang setelah dibersihkan, lebih baik cari unit lain.
Untuk kamera mirrorless, cek sensor shift stabilization. Rekam video handheld sambil goyang-goyang—kalau ada getaran aneh atau suara “krek”, artinya mekanisme IBIS-nya udah mulai ngelag.
Jangan lupa tes dynamic range: motret objek high contrast (contoh: jendela di ruangan gelap), lalu cek detail shadow/highlight di RAW. Sensor yang udah lelah biasanya noise-nya meledak di ISO rendah. Bandingkan hasilnya dengan review kamera di situs seperti DXOMARK.
Pro tip: Bawa lensa bersih dan kartu memory kosong saat beli, biar bisa tes sensor tanpa gangguan faktor lain. Sensor kamera bekas yang masih sehat harusnya bisa hasilkan file mentah tanpa artefak aneh!
Baca Juga: Sistem Lampu Gerakan untuk Deteksi Aktivitas
Bandingkan Harga di Pasaran Sebelum Membeli
Harga kamera bekas itu fluktuatif—jangan asal percaya listing pertama yang kamu liat. Cek harga pasaran di berbagai platform kayak KEH Camera atau MPB buat patokan kondisi “Like New” sampai “Well Used”. Kalo nemu harga jauh lebih murah dari rata-rata, waspadai hidden damage atau barang curian.
Bandrol di marketplace lokal (Tokopedia/Bukalapak) sering lebih mahal karena biaya iklan, sementara forum jual-beli kayak Kaskus Fotografi bisa dapet harga lebih realistis. Jangan malu nawar—kamera bekas itu wajar diskon 10-30% tergantung kelengkapan (box, charger, extra battery).
Perhatikan juga harga sparepart-nya. Contoh: Kamera Fujifilm X-T3 second seharga 8 juta tapi butuh penggantian shutter seharga 2 juta? Mending cari unit lain. Cek harga servis resmi di website Canon Service Center atau Sony Repair buat kalkulasi.
Bandingin sama harga baru—kadang diskon toko resmi bikin selisih harga bekas vs baru cuma beda 1-2 juta. Khusus kamera jadul (seperti Nikon D700), cek harga di komunitas kolektor karena nilai sentimental bisa bikin harga nggak logis.
Tips terakhir: pantau harga selama 2 minggu sebelum beli. Kamera bekas itu kadang “musiman”—pas orang butuh duit cepat, harganya bisa jeblok!
Baca Juga: Memahami Fungsi Auto White Balance dan Aplikasi Edit Foto
Lakukan Perawatan Rutin untuk Kamera Bekas
Kamera bekas itu kayak mobil tua—butuh perhatian ekstra biar nggak cepat ngadat. Bersihin sensor minimal sebulan sekali pakai blower dan swab khusus (jangan asal tiup pakai mulut!). Untuk kamera mirrorless, matikan IBIS dulu biar nggak rusak mekanisme stabilisasinya (panduan resmi Sony).
Ganti grease di lensa yang udah kering. Lensa jadul kayak Nikon 50mm f/1.8D sering bermasalah di focus ring karena pelumasnya mengeras. Pakai grease khusus optik kayak Honda Shimko atau kirim ke tukang servis langganan komunitas (rekomendasi teknis lensrentals).
Simpan kamera di dry box dengan humidity 40-50%—kardus berisi silica gel nggak cukup buat jangka panjang. Kalo sering dipakai di pantai, bersihin salt residue di body pakai sikat halus + alkohol isopropil.
Rotasi baterai kalau punya cadangan. Baterai kamera bekas yang jarang dipakai bisa “tidur” permanen. Charge sampai 50% sebelum disimpan lama, dan jangan taruh dekat magnet (misalnya di dekat speaker).
Terakhir, tes shutter count berkala buat monitor beban pemakaian. Kamera bekas yang udah tembus 70% shutter life sebaiknya dipakai untuk kebutuhan casual saja. Daftar lifespan kamera populer bisa dicek di Oleg Kikin’s Database.
Bonus: Kalau kamera jadul pakai light meter analog (seperti Olympus OM-1), cek akurasinya pakai light meter app setiap 6 bulan!
Baca Juga: Teknologi Sensor untuk Deteksi Ancaman di Gedung
Gunakan Aksesoris yang Tepat untuk Kamera
Aksesoris kamera bekas itu ibarat “asuransi” buat memperpanjang umur perangkat. Jangan asal beli charger murahan—pakai yang ori atau certified third-party kayak Nitecore untuk hindari overcharging. Baterai bekas yang udah kembung harus langsung diganti, jangan dipaksakan (baca studi baterai kamera di BatteryUniversity).
Filter UV itu wajib buat lensa second, bukan cuma buat efek tapi juga proteksi elemen depan. Tapi jangan beli yang harga 50ribuan—filter murah justru bikin foto flare dan mengurangi sharpness. Cek review kualitas filter di DXOMARK Lens.
Kamera jadul butuh memory card yang kompatibel. Contoh: Nikon D200 hanya support CF card maksimal 32GB, sementara Canon 5D Classic bisa error kalau pakai SDHC di atas 128GB. Daftar kompatibilitas lengkap ada di Camera Memory Speed Rating.
Strap yang ergonomis penting buat kamera berat kayak Pentax 67 atau Canon 1DX. Pilih yang ada bantalan bahu dan quick release, seperti Peak Design Slide. Hindari strap kulit murah yang bisa melar dan bikin kamera jatuh.
Terakhir, kabel shutter release untuk long exposure harus yang punya pengunci—kabel longgar bisa bikin kamera goyang. Untuk kamera film, cari intervalometer bekas merk Digisix yang masih akurat.
Pro tip: Bawa kantung anti-statis kalau beli lensa bekas. Tas biasa bisa ninggalin serat yang nempel di aperture blades!

Belajar tips membeli kamera second itu kayak jadi detektif—harus jeli, sabar, dan nggak gampang tergiur harga murah. Pahami riwayat pemakaian, tes semua fitur sampai ke yang paling teknis, dan jangan ragu tanya detail ke seller. Kamera bekas yang dirawat baik bisa lebih awet daripada barang baru asal-asalan. Yang penting, sesuaikan sama kebutuhan dan budget lo. Udah gitu aja—sekarang tinggal praktikin dan hunting kamera second yang worth it!